Bersama Warga Negara Asing di Kawasan Tugu Khatulistiwa Pontianak |
Dolok
hutan menjadi kote…
Ramai
pendudoknye, Pontianak name kotenye…
Potongan lirik lagu Sungai Kapuas
menjadi bukti melesatnya peradaban Kota Pontianak. Hal ini terus dibuktikan
pula dengan berbagai prestasi, tata kota dan insfrastruktur hingga aspek-aspek
lain yang terus menunjang sehingga Pontianak yang dikenal dengan kota bersinar
ini terus bertransformasi kearah yang lebih baik dari waktu ke waktu.
Kehidupan di Pontianak juga amat yang
rukun dan harmonis, berbagai ragam suku dan agama dapat hidup secara
berdampingan serta penuh dengan toleransi yang tinggi. Pola harmonisasi yang
apik inilah yang kemudian membuat tatanan masyarakat dan kehidupan sosial
semakin baik
Sejarah mencatat, Pontianak didirikan
oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie pada 23 Oktober 1771 yang dahulu ditandai
dengan pembukaan hutan pada persimpangan
Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Kapuas Besar hingga didirikannya
balai serta rumah tinggal. Bermula dari kejadian tersebut, peradaban terus
berevolusi sehingga membuat Pontianak semakin besar dan berkembang.
Sumber-sumber sejarah dijaga dengan rapi, kehidupan budaya berjalan seiring
dengan perkembangan zaman serta gaya hidup masyarakat juga menjadi sisi yang
unik serta menarik untuk dibahas bersama.
Melestarikan dan menjaga peninggalan
sejarah serta menjunjung tinggi budaya yang ada menjadi identitas serta
kebanggaan di Pontianak. Hal ini semakin menarik seiring dengan gaya hidup
masyarakat melalui kebiasaan ngopi-nya yang menjadi daya tarik tersendiri bagi
para wisatawan untuk berkunjung ke kota ini.
Sejarah dan Cagar Budaya di Pontianak
Masjid
Jami Sultan Syarif Abdurrahman
Masjid Jami Sultan Syarif Abdurrahman merupakan
salah satu bangunan yang menandai berdirinya Kota Pontianak. Dibangun pada
tahun 1771 dan menjadi Masjid tertua sebagai pusat peribadahan umat Islam.
Lokasi masjid ini berada di Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur Kota
Pontianak.
Istana
Kadriah
Dibangun pada 1771 hingga 1778 Masehi
dengan bentuk rumah panggung dan dahulu dijadikan sebagai pusat pemerintahan
membuat bangunan ini memiliki sisi sejarah yang sangat kental. Bangunan istana
ini juga merupakan satu dari dua bangunan paling tua di Pontianak yang masih
ada dan terjaga hingga kini. Lokasi istana ini berada di Kampung Beting,
Kelurahan Dalam Bugis Kecamatan Pontianak Timur.
Surau
Baitunnur
Selain memiliki masjid tertua yaitu
Masjid Jami Sultan Syarif Abdurrahman, Pontianak juga memiliki surau tertua
bernama Baitunnur. Surai ini dibangun pada tahun 1806 Masehi oleh seorang
nahkoda bernama Ahmad. Benda cagar budaya yang sangat kental dengan ornament
khas melayu ini masih kokoh berdiri dan dijadikan sebagai pusat peribadahan dan
menuntut ilmu. Lokasinya berada di Jalan Tritura Kelurahan Kampung Dalam Bugis
Kecamatan Pontianak Timur.
Pelabuhan
Seng Hie
Sungai menjadi peradaban penting
sehingga keberadaan pelabuhan juga tak kalah pentingnya dalam proses kehidupan
masyarakat sehari-hari. Seperti halnya Pontianak yang memiliki pelabuhan
bongkar muat tertua bernama Pelabuhan Seng Hie. Pelabuhan ini berada di Jalan
Sultan Muhammad Kelurahan Melayu Laut, Kecamatan Pontianak Selatan.
Kantor
Pos
Kental akan corak colonial dan sudah ada
sejak tahun 1937 membuat kantor pos yang berada di Jalan Rahadi Usman,
Kecamatan Pontianak Kota turut menjadi bangunan bersejarah nan penting yang
telah ada dari dulu hingga saat ini. Bahkan, bangunan kantor pos ini juga masih
dioperasikan hingga sekarang serta menjadi bangunan cagar budaya yang sangat
menarik di Kota Pontianak.
Lapangan
Keboen Sajoek
Selain sebagai pusat olahraga bola kaki,
keberadaan lapangan sepak bola Keboen Sajoek memiliki sejarah yang menarik
untuk dipelajari. Dahulu, lapangan ini ialah tanah lapang yang digunakan
sebagai tempat bercocok tanam oleh etnis Tionghoa. Setelahnya, Belanda
mengembangkan wilayah tersebut menjadi lapangan sepak bola dengan nama
Pontianak Sport Vereeniging atau dalam dialeg lokal lebih akrab terdengar
dengan sebutan PSP. Selain itu, lapangan ini juga merupakan tempat
dilaksanakannya upacara pengibaran bendera pertama di Pontianak pada 24 Oktober
1949. Lokasi lapangan ini berada di Jl. Ar. Hakim, Darat Sekip Kecamatan
Pontianak Kota.
SDN
14 Pontianak
SDN 14 Pontianak merupakan banguna
persekolahan dengan bentuk rumah panggung dengan atap daun sirap dengan bahan
dasar bangunan utama menggunakan kayu belian. Sekolah inu dahulu adalah sekolah
pertama di Pontianak setara HIS atau Hollandsch Inlandsche School. Sekolah yang
dibangun pada 1902 ini masih digunakan hingga saat ini dan berada di Jalan
Tamar Kecamatan Pontianak Kota.
Vihara
Bodhisatva Karaniya Metta
Terletak di Komplek Pasar Kapuas Indah,
Jalan. Sultan Muhammad Kelurahan Darat Sekip terdapat sebuah vihara tua yang
kini statusnya ialah benda cagar budaya. Adapun nama vihara ini ialah
Bodhisatva Karaniya Metta atau dikenal pula dengan sebutan Kelenteng Tiga/Thian
Hou Keng. Informasi menuliskan bahwa vihara yang memiliki nuansa merah yang
sangat mendominasi ini didirikan pada tahun 1802 M. Jika ingin berkunjung
ataupun ketika kamu hendak beribadah, vihara ini dibuka dari pukul 07.00 hingga
17.00 WIB.
Kantor
Bappeda Kota Pontianak
Terletak di Jalan. Zainuddin Kecamatan
Kota Pontianak, terdapat Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
yang telah ada sejak abad ke-20. Dahulu, bangunan kolonial dengan lantai kayu
dan atap sirap ini merupakan kompleks kantor residen dan juga pernah digunakan
sebagai Kantor Wali Kota Pontianak. Hingga kini, bangunan kantor Bappeda masih
sama seperti dahulu dan menjadi daya tarik tersendiri, statusnya kini juga
merupakan benda cagar budaya Kota Pontianak.
Tugu
Khatulistiwa
Dari sekian banyaknya lokasi menarik
yang ada, Pontianak memiliki ikon langka yang harus dan wajib dikunjungi ketika
berkunjung ke kota ini, tentu tidak lain ialah Tugu Khatulistiwa. Tugu yang
dibangun pada 1928 ini terletak di Jalan. Khatulistiwa, Kecamatan Pontianak
Utara. Dari pusat Kota Pontianak, waktu yang harus ditempuh untuk sampai
ketempat ini kurang lebih 30 menit. Dengan berkunjung ke tugu ini, kita dapat
berada ditengah-tengah antara garis lintang 0 derajat yang membagi bumi antara
utara dan selatan.
Gereja
Katedral Santo Yosep
Gereja Santo Yoseph Keuskupan Agung
Pontianak berdiri sejak 1908, letaknya di Jalan. Patimura, Darat Sekip
Pontianak Kota dan menjadi pusat peribadahan masyarakat Kristen Khatolik.
Bangunan yang memiliki perpaduan model bangunan Romawi dan Timur Tengah ini
sangat unik dan megah serta sangat mudah ditemukan karena letaknya yang berada
ditengah jantung kota. Konon, gereja ini disebut-sebut pula sebagai salah satu
gereja termegah yang ada di Indonesia.
Makam
Kesultanan Pontianak
Tidak kalah menarik dari berbagai lokasi
bersejarah yang ada, Pontianak memiliki makam kesultanan Pontianak yang
terletak di Jalan. Khatulistiwa, Kelurahan Batu Layang Kecamatan Pontianak
Utara. Seperti namanya, tentu lokasi ini digunakan untuk memakamkan para sultan
dan keluarganya yang wafat. Konon, makam ini juga merupakan warisan ketiga dari
keluarga kesultanan Pontinaka setelah Keraton Kadariah dan juga Masjid Jami.
Sumur
Bor
Berada ditepian sungai dengan tekstur
tanah bergambut membuat Pontinaka perlu sistem pengairan yang baik terutama
untuk kebutuhan konsumsi. Oleh karena itu, sejak 1930 Belanda membuat sumur
bor. Kini, letak sumur bor ini berada di Kantor Camat Kota Pontianak, Jalan.
Pangeran Natakusuma.
Ragam Budaya Masyarakat Pontianak
Kota Pontianak tidak hanya terkenal
karena Sungai Kapuas dan Tugu Khatulistiwanya. Oleh sebab itu, akan sangat
kurang lengkap jika berkunjung ke kota ini tanpa mencaritahu bagaimana eloknya
kebudayaan dapat tetap dilestarikan serta berjalan secara beriringan dengan
terus majunya perkembangan zaman.
Setidaknya, terdapat banyak event budaya
tahunan yang selalu ditunggu-tunggu dan selalu menarik perhatian masyarakat
luas termasuk warga negara asing untuk hadir. Misalnya perayaan Pekan Gawai
Dayak, Meriam Karbit, Robo-Robo, berbagai aneka tarian dan serta melimpahnya
kuliner khas Pontianak yang benar-benar sulit untuk dilewatkan.
Tidak cukup sampai disitu, gaya hidup masyarakat yang gemar berkumpul di warung kopi juga menjadi fenomena unik yang harus diikuti ketika berkunjung ke kota ini. Oleh karena itu, ketika kita berlibur dan jalan-jalan di Pontianak hampir diseluruh wilayah kota pasti akan kita temukan warung kopi. Karena sangat happening nya warung kopi hingga ada satu jalan yang didedikasikan khusus sebagai Coffe Street yang terletak di Jalan. Gajahmada.
Belum pernah ke pontianak ih aku, selama ini cuma tau mengenai sungai kapuas aja dari ebberapa teman online yang tinggal di sana hiihihi, jadi pengen sesekali main ke Pontianak jugaaa
BalasHapusSemoga cagar budaya tersebut dapat terus terjaga, karena pastinya banyak sejarah yang bisa dipelajari dan menjadi hikmah buat para pengunjung dan generasi selanjutnya
BalasHapusWah banyak destinasi keren yg bisa diexplore ya, kawasan tugu khatulistiwa mirip mirip bola Universal Studio deh😁 semoga someday bisa liburan ke sana
BalasHapusTetanggaku pindah dinas ke Pontianak, dia banyak berbagi cerita wisata dan kuliner, ada es krim Anggi dan puas makan duren di sana, dia senang di sana, tapi sekarang sudah pindah lagi ke Medan. Aku izin ceritanya kutulis juga di blog ehehe
BalasHapusJadi pengin berkunjung ke Pontianak nih. Selain pengin melihat Tugu Khatulistiwa, penasaran juga dengan berbagai tempat bersejarah yang sudah disebutkan tadi.
BalasHapusAku dari dulu pingin banget ke Tugu Khatulistiwa. Keren euy bisa ke sana. Bule aja pada penasaran kan
BalasHapusWaw ada sumur bor warisan belanda juga ya. Masih berfungsikah? Banyak juga destinasi wisatanya. Moga nanti bisa jjs ke Pontianak
BalasHapus