Fitnah Pembawa Masalah - Cerita Pendek |
Matahari menyinari dengan
perlahan, seakan-akan malu untuk muncul. Burung-burung bersiul menyambut pagi
yang indah. Kini hari baru telah dimulai. Hari senin, hari yang paling dibenci
oleh Kena. Kena, seorang siswi kelas 2 SMA sudah bersiap-siap untuk berangkat
sekolah. Mengantuk, malas, dan lelah. Itulah yang dia rasakan saat ini.
“KENAA, TUNGGU AKUU.” teriak
seseorang dari belakang yang sudah sangat ia kenali suaranya, Shafa. Ya,
namanya Shafa. Sahabat Kena sejak dari SD sekaligus teman sekelasnya. Bahkan
rumah mereka pun bersebelahan.
“Untuk apa kamu berteriak
sedangkan jarak kita lebih dekat dari 1 meter?” kata Kena.
“Kan kamu suka tuli kalo aku
panggil” Jawab shafa sambil tertawa jahil.
“Dih, enak aja” katanya sambil melirik kesal pada Syafa.
Hari ini berbeda dari hari hari sebelumnya. Biasanya Kena pergi ke sekolah bertiga, bersama Shafa dan Fesya satu sahabatnya yang lain. Tapi entah mengapa tadi malam Fesya tiba-tiba marah dan berkata tidak ingin berteman dengan mereka lagi. Rencananya hari ini mereka akn bertanya langsung pada Fesya tentang keputusannya itu.
Tidak lama setelah sampai
disekolah, bel pelajaran pertama berbunyi kencang. Semua guru mulai memasuki
kelas. Kena dan Shafa masih pada pandangan yang sama, melihat Fesya yang
tiba-tiba pindah kebangku paling depan dengan Gena, teman baru nya.
"Assalamualaikum,
selamat pagi anak-anak," sapa Bu Ina membuyar lamuman mereka.
"Waalaikumussalam, pagi
bu" jawab seluruh siswa serentak.
"Oke, pagi ini kota
berdoa dulu setelah itu ibu akan berikan untuk kalian. Reno silahkan pimpin
doa" perintah Bu Ina pada Reno si ketua kelas.
"Baik bu" jawab
Reno.
"Lah, tugas lagi.
Perasaan dari dua minggu yang lalu tugas terus deh" bisik Kena pada Shafa. "Shhtt, jangan ngomong gitu, kalo Bu Ina dengar habis kamu dihukum
keliling sekolah" balas Shafa sambil berbisik.
"Biarin, blek" ledek Kena.
"Oh iya anak-anak, jadi
hari ini ibu dan guru guru yang lain akan mengikuti seminar dari Dinas
Pendidikan. Jadi kalian ibu beri tugas saja, ingat kerjakan tugas itu sampai
selesai dan jangan ada yang ribut, bolos, ke kantin, atau bermain di belakang
ya!" Tegas Bu Ina.
"Baik, bu" jawab
seluruh siswa.
"Ya sudah kalau begitu, ketua kelas ibu pergi dulu ya. Tolong kondisikan teman-teman kamu!" Perintah Bu Ina sambil bergegas meninggalkan kelas.
Tidak sampai lima menit Bu
Ina keluar dari kelas, semua siswa sudah
kembali ricuh. Pergi ke tempat ternyaman untuk sekedar ngobrol atau bermain
bersama teman mereka. Sebagian mengeluarkan ponselnya sebagian lagi sibuk
mengeluarkan kartu dan mainan yang telah mereka bawa. Dan, tentu saja melupakan
tugas dari Bu Ina tadi.
"Hampir setahun guru itu
ngajar kita, baru sekali nih dikasih
jam kosong" saut Joshua dengan raut bahagia.
"Lagi good mood kali" balas temannya.
"Eh, semuanya pada ngga ngerjain tugas kan?" Tanya
Joshua pada semua temannya.
"Udah lah, paling juga Bu Ina lupa buat ambil tugasnya" jawab salah satu diantara mereka yang disambut dengan anggukan yang lainnya.
Berbeda dari siswa lain,
Fesya dan Gena tidak tergoda untuk bersantai. Mereka masih fokus mengerjakan
tugas yang diberikan Bu Ina.
"Fes, gimana kalo kita
bagi tugas saja. Kamu yang pilihan ganda, aku yang esai" pinta Gena pada
Fesya.
"Boleh tuh, aku juga
udah kerjain sebagian" setuju Fesya.
"Oke, nanti kalo udah
selesai kita kumpulin aja berdua,
biar mereka dihukum sama Bu Ina karena lalai." Usul Gena pada Fesya.
"Hmm, jangan deh aku takut yang lain marah kalo kita
ngelaporin mereka" tolak Fesya. "Udah kamu tenang aja, kamu juga kan
yang kemarin bilang sama aku mau balas dendam sama Kena dan Shafa karena udah nuduh kamu nyontek waktu ulangan?"
Tanya Gena.
"Iya sih, tapi aku masih
ngga yakin mereka yang laporin."
Ucap Fesya ragu-ragu.
"Astaga, kamu masih ngga percaya sama aku, aku dengar dan
lihat langsung loh. Udahlah ikut aja
rencana aku, oke?" Jawab Gena sambil menatap tajam Fesya.
"I--ya, oke" jawab Fesya kembali ragu-ragu.
Disisi lain, Kena dan Shafa
yang asyik bermain sebenarnya tidak melupakan tugas Bu Ina. Mereka memang
sedang bermain kartu tebak-tebakan tapi juga diselingi dengan menjawab satu
persatu pertanyaan di papan tulis.
"Sedikit-sedikit
lama-lama jadi selesai" ucap Shafa sambil tersenyum lebar.
"Ide aku emang ngga pernah salah deh, kalo ngerjain tugasnya ginikan asyik. Lima menit main, lima
menit ngerjain" ucap Kena bangga.
"Halah, ngga usah sok
paling keren deh. Jawabannya juga aku yang cari" jawab Shafa kesal.
"Baru juga kali ini kamu
nyari Jawaban. Biasanya juga sama-sama nyalin
punya Fesya. Ikhlas ngga? Kalo ngga ikhlas aku minta Fesya aja" tanya Kena
menggoda Shafa.
"Negur aja ngga mau, apalagi ngasih kamu jawaban. Tidak mungkin dia memberikan jawaban berharga
itu padamu nona" ucap Shafa berlagak seperti ahli pendongeng.
"Aku masih ngga habis pikir deh, Fesya tiba tiba
datang terus marah-marah. Padahal Fesya yang aku kenal orangnya sabar banget, ngga pernah tu dia marah sebesar itu,
iya kan?" Tanya Kena penasaran.
"Mungkin dia marah, idol
favoritnya kamu ambil" ucap Shafa penuh keyakinan.
"Ya ngga mungkin dong Shafa
cantik. Kita itu udah lima tahun lebih jadi KPopers,
udah biasalah rebut rebutan idol. Lagian idol itu cokiber, jadi harus berbagi" jawab Kena.
"Cokiber apaan?" Tanya Shafa penasaran.
"Cowok kita bersama HAHAHA" jawab Kena diiringi tawanya yang amat menggelegar.
"Eh kalian lagi berantem
ya sama Fesya. Biasanya nempel bertiga" saut Joshua.
"Iya nih jos, tolongin
dong cari tau kenapa Fesya marah sama aku" pinta Kena.
"Hmm, sepengetahuan aku
sih, Fesya itu marah sama kamu karena kamu nuduh
dia nyontek sama ngatain dia ngga pintar di depan Bu Ina kemarin.
Waktu kamu dipanggil ke ruang guru" jelas Joshua pada Kena dan Shafa.
"HAH!" Jawab mereka
kompak dan saling bertatapan.
"Aku kemarin itu
dipanggil karena disuruh Bu Ina koreksi jawaban ulangan. Lagian ulangan Fesya juga tuntas kok" jelas Kena dengan nada
tinggi.
"Ya mana aku tau.
Jelasin aja sana sama Fesya, sekalian
ajak baikan" saran Joshua.
"Hmm aku tau, pasti ini akal akalan wanita jahat itu. Makanya Fesya
percaya sama fitnah ngga jelas
itu" jawab Shafa sambil melirik Gina yang sedang asyik membuat Tiktok di
depan kelas.
"Iya, aku juga mikir
gitu. Siapa lagi yang iri sama persahabatan kita kalau bukan si wajat itu, wajat wanita jahat!" Tegas Kena supaya tidak ditanya Shafa.
"Kesana yuk, langsung aja kita labrak tu wajat." Ajak Shafa.
"Gass, siapa takut. Kepala preman nih" setuju Kena sambil memukul-mukul dadanya.
Mereka pun bergegas ke meja
Fesya dan Gena. Tapi mereka tidak langsung marah-marah pada Fesya. Mereka duduk
di depan Fesya dan siap mengintrogasi sahabatnya itu.
"Ekhem, Fesya Naraya Putri. Boleh minta waktunya sebentar?"
Pinta Kena.
"Astaga, kalian kenapa
ngagetin sih" jawab Fesya terkejut.
"Oke Fesya ngga usah basa-basi. Benar kamu marah
sama kita karena Gena fitnah aku dan Shafa ngelaporin kamu yang ngga benar ke Bu Ina" tanya Shafa
tegas namun halus.
" I--ya, aku kecewa sama kalian. Bisa-biasanya kalian setega itu sama aku." Jawab Fesya takut-takut.
Pada dasarnya Fesya memang
penakut, penyabar, tidak bisa marah dan sangat mudah percaya dengan orang lain.
"Wah wah wah, ngga ada jeraknya tu si wanita jahat. Kenapa kamu percaya dia sih
Fesya?" Tanya Kena sedikit marah.
"Gena bilang, dia dengar
dan lihat langsung kalian ngomong gitu sama Bu Ina, nilai ulangan aku juga ngga tuntas kemarin. Makanya aku percaya"
jelas Fesya.
"Astaga Fesyaa. Mana
pernah Bu Ina kembalikan ulangan sama kita. Jadi sudah pastilah itu ulangan
jadi-jadian yang Gena kasih sama kamu" ucap Shafa.
"Sekarang wanita jahat
itu dimana?" Tanya Kena sambil mencari-cari sosok Gena.
"Tadi sih katanya mau ke
toilet" jawab Fesya.
"Oke, awas aja tu orang. Bener-bener kurang
ajar" kesal Kena.
"Sabar Ken sabar, tu orangnya udah datang" ucap Shafa sambil memegang erat tangan Kena supaya tidak terjadi penonjokkan lagi hari ini.
Maklum, sebagai murid karate
sabuk hitam Kena selalu emosi dan ingin menonjok
siapapun yang mengganggunya.
"Ada apa nih, rame banget. Lagi nungguin artis pulang
dari toilet ya" jawab Gena sambil mengibaskan rambutnya.
"Wlek, najis nungguin lo. Duduk lo, ngga usah banyak bacot. Sebelum tangan gue yang ngomong nih"
perintah Kena penuh kemarahan.
"Sabar dong, lo kira lo
doang yang bisa marah marah" jawab Gena menyedekapkan tangannya dengan
sombong.
"Udah ya, gue ngga mau pake kekerasan kali ini. Lo cukup jawab jujur aja, benar lo yang fitnah gue sama Shafa kalo kita jelek-jelekin
Fesya?" Tanya Kena sambil menaikkan kaki kanannya diatas kursi.
"Eh emm, emm bukan gue kok" jawab Gena takut.
"Halah, basi lo. Ngga usah bohong gue udah tau
semuanya" ancam Kena.
"Gini aja, karena Gena fitnah Kena bilang
Fesya ngga pintar gimana kalo kalian
berdua adu pintar aja? Kan kalian
selalu deketan tuh rangkingnya" saran Joshua yang di ikuti dengan teriakan
setuju dari semua teman-temannya.
"Oke gue berani, kita
main kuis tentang perang dunia. Kita lihat siapa yang lebih jago" tantang
Kena pada Gena.
"Oke siapa takut. Tapi,
kalo gue menang, Fesya selamanya jadi sahabat gue" tantang balik Gena pada
Kena.
"Waduh gimana ni, kamu ngerti ngga tentang perang dunia? Kalo
kalah kita ngga bisa lagi sahabatan
sama Fesya" bisik Shafa pada Kena khawatir.
"Aku ngga ada belajar sih, ingat materi juga ngga. Tapi yaudahlah, bismillah aja" jawab Kena berusaha meyakini dirinya sendiri.
Pertandingan dimulai, di meja
tersedia 8 buah kartu yang berisi pertanyaan. akan diundi siapa yang akan
bermain dan menjawab soal pertama. Peraturannya simpel. Semua pertanyaan
memiliki poin 5. Jika tidak menjawab maka diberi skor 0 dan jika jawabannya
salah maka akan dikurangi 2 poin. Permainan dipimpin oleh Joshua dengan Reno
sebagai wasit.
"Oke, pertanyaan pertama
diberikan pada Gena. Silahkan pilih kartunya" ucap Joshua sangat tegas.
"Kartu nomor 5"
jawab Gena
"Perang Dunia ke-1
merupakan perang yang berlangsung selama 4 tahun yaitu pada 1914-1918. Apa yang
memicu terjadinya perang tersebut?" Tanya Joshua disambut heningan para
penonton pertandingan.
"Perang Dunia ke-1
dipicu oleh terbunuhnya putra mahkota Austria." Jawab Gena sangat yakin.
"Bagaimana Reno?"
Tanya Joshua.
"5 poin untuk Gena"
jawab Reno sambil tersenyum.
"Yes yes yes, 5 poin" sorak Gena bangga.
"Hilih, pertanyaan mudah aja
lo banggain" gumam Kena sedikit kesal.
"Oke, sekarang giliran
nyonya Kena. Silahkan pilih kartunya" ucap Joshua.
"Nomor 2" jawab
Kena sedikit gugup.
"Kubu perlawanan pada
Perang Dunia ke-1 adalah?" Tanya Joshua tegas.
"Prancis, Inggris,
Rusia, Italia, Jepang dan Amerika Serikat." Jawab Kena sambil menutup
matanya menghilangkan keraguan.
"Bagaimana pak bos
Reno?" Tanya Joshua. "Poin imbang untuk Kena" jawab Reno tenang.
"Tu kan, gue juga pinter kali" ledek Kena.
"Ew, sok pintar" jawab Gena sambil memutar matanya.
"Pertanyaan selanjutnya
untuk Gena, Perang Dunia ke-2 berlangsung selama 6 tahun yaitu padaaa?"
Ucap Joshua memanjang akhir pertanyaan.
"Dengan sangat yakin,
1939 sampai 1945." Jawab Gena masih dengan gayanya yang sombong.
"5 poin untuk Gena"
ucap Reno sebelum ditagih Joshua.
"Nah, gitu dong" goda Joshua.
"Pertanyaan ketiga,
Perang Dunia ke-2 Dipicu olehhh?"
Tanya Joshua.
"Invasi Nazi Jerman ke
Polandia. Ah, gampang ini mah"
jawab Kena dengan sombong. "Kembali imbang, 10 sama" ucap Reno
diiringi tepuk tangan yang semakin keras.
"Shhttt, ngga usah kuat kuat ngomongnya nanti ada
guru yang dengar" pinta salah satu siswa pendiam.
"Iya, iya bawel" kesal seluruh siswa.
Pertandingan berjalan
menegangkan. Kini jumlah poin mereka berdua sama.
"Baik, ini soal terakhir
dan juga soal rebutan" Jelas Joshua.
"Hey! Pada ngapain
kalian ngumpul seperti itu, Hah?" Tanya seseorang didepan pintu yang baru
saja masuk. I--tu Bu Ina. Dengan raut wajah kesal dan marahnya ia masuk dengan
membawa tongkat kayu tipisnya.
"Bubar bubar" Ucap
salah satu dari mereka yang kemudian dituruti semua siswa.
"Ooo, begitu ya kalian.
Diberikan keringanan malah dikecewakan. Pasti kalian semua melupakan tugas dari
saya dan bermain kartu itu kan?" Tanya Bu Ina yang dijawab keheningan
kelas.
"Duh gimana nih Ken, aku
takut banget." Bisik Shafa pada Kena.
"Sama aku juga
Shaf," balas Kena dengan raut takut.
"Kena bu yang memulai,
dia yang mengajak kami bermain kartu. Dia juga pasti belum kerjain tugas
ibu" Tuduh Gena tiba tiba.
"Eh jangan asal nuduh ya, aku udah selesai ngerjain kok. Ini buktinya" Balas Kena
sambil menunjukkan bukunya yang sudah penuh dengan jawaban.
"Sudah sudah, sebagai
hukuman ibu mau Kena, Gena, dan kamu Reno pergi kelapangan dan siram seluruh
bunga yang ada di halaman sekolah!" Perintah Bu Ina tegas.
"Loh kok saya juga bu,
sayakan hanya jadi wasit?" Tolak Reno.
"Kamu kan yang ibu beri
tanggungjawab jadi ya salah kamu lah!" Jawab Bu Ina.
"Sudah sana kerjakan
hukuman ibu, biarpun kalian sudah selesai menyelesaikan tugasnya, tetap saja
kalian lalai dan tidak mendengarkan perintah ibu" Ucap Bu Ina sambil
menunjuk pintu kelas.
"Nah, yang lain silahkan kumpulkan pekerjaan kalian!" Perintah Bu Ina yang langsung direspon para siswa.
Lapangan Sekolah
Tiga murid yang mendapat
hukuman itu sedang bersiap mengambil air. Mereka telah membagi wilayah masing
masing tetap dengan muka tidak ikhlas dan penuh paksaan.
"Mending kamu jujur aja
sekarang, maksud kamu nuduh aku dan
Shafa jelek-jelekin Fesya itu apa?" Ucap Kena sambil mengangkat sebelah
alisnya penasaran.
"Hmm itu anu hmmm sebenarnya a-ku" Jawab Gena
sangat ragu.
"Udah bilang aja, aku ngga marah lagi kok." Jawab Kena meyakinkan.
"Aku sebenarnya iri sama
kamu. Kamu cantik, kamu pintar, banyak guru yang kenal sama kamu, kamu punya
banyak teman, hidup kamu terlihat sangat bahagia." Jujur Gena dengan
menundukkan muka, hampir menangis.
"Astagaa, kenapa kamu ngga ngomong baik baik aja sih. Kita kan
bisa berteman, aku, kamu, Fesya, dan Shafa. Tanpa perlu buat fitnah yang bikin
aku marah" Jawab Kena lembut.
"Hiks--hiks iya maafin
aku yaa. Aku mau banget temenan sama kalian hiks. Tapi aku takut kamu nolak,
aku takut kamu malah ngga mau,
hiks." Jelas Gena sedikit samar karena menangis.
"Udah udah, mulai besok
kita temenan ya. Stop nangisnya aku
jadi pengen nangis nih" Balas Kena sambil memeluk hangat Gena.
"Ihiy, baikan nih. Jangan lupa traktir ya, itung-itung pihak ketiga yang mendamaikan gitu" Ledek Reno.
"Udah No jangan nyaut, gue pites tu kaki baru tau
rasa!" Ancam Kena.
"Ampun bos, ampun"
Mohon Reno sambil sedikit membungkukkan
badanya.
"Eh kalian sudah
baikan?" Tanya Shafa yang tiba tiba muncul.
"Udah, Gena sudah
jelasin semuanya. Mulai sekarang aku, kamu, Gena dan Fesya berteman" Jelas
Kena sambil tersenyum manis.
"Alhamdulillah, akhirnya
aku ngga cemas dan kepikiran lagi" Syukur Fesya.
"Iya, alhamdulillah.
Tapi besok besok kalau kamu dapat berita jangan langsung percaya aja dong
Fes!" Perintah Kena.
"Udahan yuk ke kantin.
Aku lapar banget ni" Ajak Shafa.
"Ayo, kamu yang traktir
kan hari ini?" Goda Kena sambil berlari menggandeng Fesya dan Gena.
"Eh tunggu, enak aja aku yang jamin. Kamu lah, kan kamu yang baikan" Bela Shafa yang tak dihiraukan 3 sahabatnya yang sudah lagi sambil tertawa sangat bahagia. Sejak saat itu mereka hidup dengan tenang, bersahabat berempat dan menjalani kehidupan masa SMA bersama sama.
Kesimpulan : Persahabatan antara 3
orang siswa Kena, Shafa, dan Fesya tiba-tiba mendapat fitnah, salah satu teman
kelasnya bernama Gena menuduh Kena dan Shafa menjelekkan Fesya di hadapan guru.
Setelah diinterogasi ternyata terdapat kesalahpahaman dan tuduhan tidak
bertanggung jawab. Akhirnya mereka mencari cara penyelesaian masalah tersebut
dengan bermain kuis untuk memperebutkan sahabatnya. Namun, belum berakhir
permainan mereka ketahuan oleh Bu Ina, guru mata pelajaran saat itu. Kena dan
Gena dihukum harus keluar dari kelas dan menyiram semua tanaman yang ada di
halaman. Pada saat itulah keduanya saling jujur dan memutuskan untuk
menyelesaikan konflik mereka tadi dengan musyawarah mufakat.
Pesan moral : Jangan mudah memfitnah seseorang dan jangan mudah percaya terhadap fitnah atau ucapan orang lain yang belum jelas kebenarannya.
Tidak ada komentar