BujangAdau
–
“Akan
Datang Pelangi Setelah Hujan”
Agaknye
peribahasa tersebut tepat menjadi kata-kata manis penutup tahun 2017 ini untuk
ku, setelah berbagai lika-liku disertai derai tetes air mata turut mewarnai
perjalanan hari-hari setahun terakhir. Ada sebuah pengharapan setelah lelah
melalui skenario yang telah digariskan Tuhan, maka ku fikir tepat ku pilih
peribahasa ini “Akan Datang Pelangi
Setelah Hujan”.
Mungkin
terkesan sederhana , namun menurutku tersirat makna mendalam darinya. Hujan
tidak pernah ku konotasikan akan hal buruk, karena aku pun suka hujan, tapi aku
lebih suka pelangi. Tepatnya saat ia hadir setelah hujan turun.
Hidup
adalah perjalanan, menurutku dapat pula disebut sebuah pembelajaran. Bisa jadi
seperti ku tulis diatas, semua adalah “skenario” yang telah di takdirkan untuk
kemudian dijalani, kemudian diambil hikmahnya untuk pembelajaran di hari esok
yang lebih baik.
Ku
mulai dari hal terburuk di 2017 versi ku. Iya, saat dunia seolah runtuh di
barengi kabar resmi sudah bocah malang ini menjadi anak broken home, tepatnya pertengahan ramadhan lalu, saat mereka yang
aku sayangi resmi berpisah dengan status cerai. Di susul cepatnya move on, dan mereka resmi menikah
kembali dengan pilihannya masing-masing di akhir tahun 2017 ini. Sialan !
Pernah ku fikir ini aib, tapi setelah itu ku ralat kembali pemikiran ku,
mungkin akan lebih tepat ku katakan ini “ Takdir”. Walaupun tetap ku anggap
bahwa ini takdir Tuhan yang paling buruk tahun ini. Dan aku “sempat hancur”.
Beberapa
hal dengan sebab yang pasti juga turut membuatku mangkir dari tanggung jawab,
beban yang harus dipikul, stress, dan apapun itu. Akan banyak yang sakit hati
jika ku jabarkan di sini, maka mungkin lebih baik diam. Itupun yang turut
menjadikan ku menjadi pribadi pendiam, jelas karena diam dan sendiri itu lebih
menenangkan ketimbang harus bergulat dengan kemunafikan.
Aku
sakit ! Beberapa anugerah Tuhan ini juga mampir kepada ku, menahan dan
menanggung sendiri, aku sudah biasa. Dan ketika memang sudah waktunya pulang.
Asal itu yang terbaik aku bisa apa selain menerima. Setidaknya itu sempat
pernah terfikirkan olehku. Kembali lagi jika memang “Takdir’.
Hal
yang lain, jelas menumpuk dan membukit. Tapi kurasa cukup. Hanya 3 perkara
diatas yang cukup menguras perasaan, fikiran, dan air mata. Bisa dibilang
takdir yang paling buruk, biar yang lain
di pendam di sini. Tenanglah, Tuhan... Aku masih kuat.
Lantas,
apakah 2017 hanya terisi dengan cobaan dan ujian?, Merugi sekali rasanya jika
ku jawab pertanyaan ini dengan jawaban iya. Walaupun tentu akan sangat
sederhana sekali jika kutuliskan pencapaian-pencapaian yang telah ku peroleh
sepanjang tahun ini.
Aku
termasuk tipe orang yang rutin menuliskan resolusi setiap tahunnya, tidak
perduli hendak dikatakan kuno atau kampungan, tapi menurutku setiap orang punya
cara sendiri dalam mengekspresikan dirinya dan harapannya. Termasuk dengan
menuliskan resolusi di setiap awal tahun. Apapun itu, intinya adalah bagaimana
dapat menjadi pribadi yang bermanfaat untuk orang lain.
Every second of my life i never
thought to give up and i think god has a bigger plan for me than i have for my
self. So i do the best.
Mungkin
menurutmu ini tidak bermakna, tapi tidak bagi ku. Bagiku ini adalah bagian dari
resolusi, harapan dan proses serta fase pembelajaran. Jika kau tidak setuju,
aku tidak peduli.
Penyiar Untan Voice Radio (Produksi) |
Ketua Bidang Jaringan Komunikasi dan Informasi |
Redaktur MimbarUntan.Com |
Mencintai Kegiatan Sosial (KMB_Official) |
Sharing for care |
Ketua Bidang Pendidikan Ekspedisi Nusanatara Jaya |
Keliling Jawa dan Bali |
Beruntung aku punya orang-orang yang terus memberi support di saat kayu mendadak rapuh. Terima kasih 2017, untuk ribuan hal yang akan kujadikan pelajaran dalam hidup. Untuk suka dan duka yang telah terpatri di dalam hati. Seumpama Pelangi Setelah Hujan. Aku percaya akan ada hal indah yang akan ku petik lewat resolusi-resolusi indah pula di tahun yang baru.
Tuhan, Selamat Tahun
Baru
Tidak ada komentar